Minggu, 07 November 2010

Program of Lemlitbang BISINDO / Institute for Indonesian Sign Language Research and Develompment



In Indonesian Language :


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
BAHASA ISYARAT INDONESIA
( Lemlitbang BISINDO )


V I S I 

Terwujudnya Kesejahteran, taraf hidup dan sumber daya manusia tunarungu di segala bidang kehidupan dan penghidupannya.

M I S I 
  1. Memperjuangkan aksesibilitas di bidang komunikasi.
  2. Memperjuangkan aksesibilitas di bidang informasi.
  3. Mempersempit jurang kesenjangan sosial antara tunarungu dengan masyarakat umum.
  4. Menjatidirikan insan tunarungu sebagai manusia berbahasa.
  5. Menambah wawasan dan pengetahuan seluas-luasnya dalam segala aspek kehidupan dan penghidupannya.

LATAR BELAKANG

Negara Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 18.110 buah pulau dan berada pada urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Hal tersebut ternyata membawa implikasi beragamnya budaya, suku, adat istiadat dan bahasa daerah yang dimiliki para penyandang tunarungu yang mendiami ribuan pulau tersebut. Akibatnya para penyandang tunarungu dari satu pulau ke pulau yang lain tidak bisa saling berkomunikasi dengan bahasa isyaratnya karena satu sama lain berbeda. Beragamnya bahasa isyarat dari beberapa daerah di Indonesia merupakan salah satu aset bangsa Indonesia yang perlu diteliti dan dibakukan untuk dijadikan sebagai Kamus Isyarat Nasional Indonesia dengan nama Kamus Bahasa Isyarat Indonesia ( Kamus BISINDO ), yang hingga kini tengah dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Bahasa Isyarat Indonesia ( Lemlitbang BISINDO ).



BAHASA ISYARAT INDONESIA
( BISINDO )

Apa itu BISINDO ? BISINDO adalah singkatan dari kata Bahasa Isyarat Indonesia. Kata BISINDO pertama kali diciptakan dan dicetuskan oleh DIMYATI HAKIM, tunarungu, berkaitan dengan maraknya pertikaian dan polemik penggunaan bahasa isyarat di Indonesia. Dimyati Hakim yang pertama kali meneliti dan membedakan bentuk bahasa isyarat di Indonesia, yaitu berbentuk struktural dan konseptual dengan memaparkan fungsi, maksud, tujuan dan lingkup penggunaannya.
Berbahasa isyarat dalam bahasa Indonesia telah banyak menimbulkan persoalan, karena memiliki struktur bahasa yang kalimatnya menggunakan awalan, sisipan dan akhiran. Disamping ini bahasa Indonesia juga memiliki banyak kosa kata mengandung satu makna yang sama (anonim), sehingga menuntut keanekaragaman kosa isyarat (kois) untuk makna sebuah kosa kata tersebut, seperti meninggal dunia, mati, wafat, tewas, gugur dan mangkat. Sedangkan jumlah kois yang diterjemahkan mulai ujung rambut hingga ujung kaki memiliki ruang yang sangat terbatas. Bila beberapa kosa kata mengandung satu makna yang sama diterjemahkan dengan kosa isyarat pada satu obyek di depan dada pengisyarat, akan terkesan tumpang tindih yang mengaburkan daya tangkap mata lawan bicaranya dalam tempo sewajarnya.
Itulah salah satu kendala utama dalam berbahasa isyarat yang baku, seperti yang digunakan dalam kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ( SIBI ) produk Kementerian Pendidikan Nasional. Bila bahasa isyarat SIBI itu digunakan dalam bahasa pergualan tunarungu di masyarakat, penggunaannya relatif sulit diterima, karena mengandung banyak kelemahan dan problem. Penggunaan bahasa isyarat dalam pergualan komunitas tunarungu di masyarakat, isyaratnya haruslah memenuhi 3 unsur utama, yaitu kecepatan, keringkasan dan kepahaman. Ternyata berbahasa isyarat SIBI tidak dapat memenuhi ketiga unsur tersebut.
Melihat kenyataan tersebut di atas, sebagai sebab dan akibatnya maka timbullah dua pandangan yang berbeda dalam penggunaan bahasa isyarat di Indonesia, yaitu bahasa Isyarat Struktural yang berkaitan dengan struktur bahasa Indonesia seperti yang digunakan dalam kamus SIBI, dan bahasa Isyarat Konseptual yang berkaitan dengan budaya dan karakter komunikasi tunarungu Indonesia yang hingga saat ini masih diteliti oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangna Bahasa Isyarat Indonesia ( Lemlitbang BISINDO ), yang didirikan oleh DIMYATI HAKIM bersama dengan teman-teman tunarungu Indonesia.



PROGRAM KERJA
A. Jangka Pendek 
  1. Melakukan kodifikasi kosa kata bahasa Indonesia menjadi kosa isyarat dalam rangka perjuangan hak dan peningkatan kualitas kesejakteraan dan taraf hidup Tunarungu Indonesia.
  2. Menyatukan satu kosa isyarat dari beberapa ragam kosa isyarat yang berbeda-beda tetapi memiliki makna yang sama yang berasal dari berbagai daerah untuk dijadikan sebagai Bahasa Isyarat Nasional Indonesia, dalam hal ini Bahasa Isyarat Indonesia yang disingkat BISINDO.
  3. Memprakarsai pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta sosialisasi kodifikasi kosa isyarat bagi kepentingan tunarungu Indonesia melalui pembakuan Kamus BISINDO.
B. Jangka Panjang
  1. Menggalang dan mengupayakan peningkatan potensi sumber daya manusia tunarungu Indonesia melalui aksesibilitas di bidang informasi dan komunikasi.
  2. Membina keakraban, kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan serta persatuan dan kesatuan sesama tunarungu Indonesia melalui persepsi bahasa Isyarat Nasional yang berbentuk konseptual, yaitu BISINDO.
  3. Memperjuangkan penciptaan lingkungan yang kondusif, akomodatif yang aksesibel bagi tunarungu Indonesia, agar terwujud kesamaan kesempatan dan partisipasi penuh dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam arti seluas-luasnya.


TUGAS POKOK LEMLITANG BISINDO
  1. Melakuan kodifikasi kosa kata bahasa Indonesia menjadi kosa isyarat dalam rangka perjuangan hak dan peningkatan kualitas kesejahteraan dan taraf hidup Tunarungu Indonesia.
  2. Menyatukan kosa isyarat dari beberapa ragam isyarat yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama dari berbagai daerah untuk dijadikan sebagai Kamus Bahasa Isyarat Nasional Indonesia.
  3. Memprakarsai pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta sosialisasi kodifikasi kosa isyarat bagi kepentingan Tunarungu Indonesia melalui pembakuan kamus BISINDO.


USAHA LEMLITBANG BISINDO
  1. Mengupayakan peningkatan potensi sumber daya manusia Tunarungu Indonesia agar menjadi insan Tunarungu Indonesia yang berbahasa dan dapat mengekspresikan pikiran, ucapan dan tindakannya melalui bahasa isyaratnya, sehingga dapat menjadi insan Tunarungu yang mandiri, bertanggungjawab, berwawasan, bermartabat, berbudi luhur dan berakhlak mulia.
  2. Membina keakraban, kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan dan kesetiakawanan serta persatuan dan kesatuan sesama Tunarungu Indonesia dalam keragaman lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )


MITRA KERJASAMA

Dalam rangka mewujudkan dan memperjuangkan cita-cita Tunarungu Indonesia serta menuntaskan program kerja, Lemlitbang BISINDO melakukan Kerjasama dengan 2 (dua) organisasi Tunarungu lainnya, yaitu : 
  1. Persatuan Tunarungu Indonesia ( PERTRI ), yang merupakan wadah untuk mengumpulkan kosa isyarat dari para anggota tunarungu binaan PERTRI seluruh daerah di Indonesia.
  2. Perhimpunan Penterjemah Bahasa Isyarat Indonesia, yang mencetak dan menghimpun para jasa penterjemah ( Interpreter ), sebagai penterjemah bahasa isyarat baik BISINDO maupun SIBI dalam berbagai event di masyarakat.


In English Language :




INSTITUTE FOR INDONESIA SIGN
LANGUAGE RESEARCH AND DEVELOPMENT


V I S I O N

The fulfillment of prosperity and adequate standard of living and human resources of deaf people in all aspects of live.

M I S S I O N

1. To advocate for the accessibility of communication.
2. To advocate for the accessibility of information.
3. To diminish social gaps between deaf people and general public.
4. To equip deaf people with languages.
5. To broaden their insights and knowledge in all of their life and living aspects.


BACKGROUND

Indonesia is the biggest archipelago country in the world, it consists of 18.110 islands and is the fourth of most populated countries in the world, after China, India and the U.S.A. As a result of that, Indonesia has diverse cultures, ethnicities, customs and local languages (there are 300 local languages). The diversity has contributed to the creation of diverse sign languages used by deaf people spread in those thousands of islands.
As a result of that, deaf people from one island to the other island cannot communicate by using their own sign languages, since the languages are completely different. The diversity of sign languages in various regions in Indonesia is an asset for Indonesia that needs to be studied and standardized into the National Sign Language Dictionary of Indonesia (Kamus BISINDO), which is now being done by the Institute For Indonesian Sign Language Research And Development (Lemlitbang BISINDO).


INDONESIAN SIGN LANGUAGE
(BISINDO)

What is BISINDO? BISINDO stands for Indonesian sign language. The word BISINDO was introduced for the first time by Mr.DIMYATI HAKIM, a deaf, during the massive disagreement and polemic on the use of sign language in Indonesia. Mr.Dimyati Hakim was the first person that conducted a research and distinguished the forms of Indonesian Language, namely the structural and conceptual formats by describing the function, meaning, objectives and the scope of the use.
Using sign language for Indonesian language has caused problems, since it has different structure that requires infix and suffix. In addition to that, Indonesian language also has so many words that have similar meaning (anonym), therefore it requires variety of sign words to define the words, for instance, the word mati, wafat, tewas, gugur dan mangkat. While the number of sign words to interpret has a very limited space. If there are some words that have one meaning interpreted into a sign word on an object on the signer's chest, it will be overlapping and obscured the counterpart's ability to capture the meaning in a normal time.
This is one of the main obstacles in using a formal sign language, as it is used in the Sign System of Indonesian Language (SIBI), a product of the Ministry of Education. If the SIBI sign language is used as a daily communication language by the deaf in the society, it would be relatively hard to accept, since it consists of many weaknesses and problems. The use of sign language among deaf communities in the society requires 3 main elements, namely fast, brief and understandable. And the SIBI sign language cannot fulfill the three requirements. 
As a result of the above condition, there were different views emerged on the use of sign language in Indonesia, namely the structural sign language, that is related to the structure used in Indonesian language under SIBI, and the conceptual sign language, that is related to the culture and communication characters of deaf people in the Indonesian, that is still under research by the Institute for Indonesian Sign Language Research and Development (Lemlitbang BISINDO), established by Mr.Dimyati Hakim, together with his other Indonesian deaf colleagues.



PROGRAMS

A. Short Term
  1. To codify Indonesian vocabularies into sign vocabulary in order to defend the rights and to enhance the prosperity and the life quality of deaf people in Indonesia.
  2. To unity one sign vocabulary from various sign vocabularies that have the same meaning derived from various areas as Indonesian National Sign Language, namely Indonesian Sign Language (BISINDO)
  3. To initiate the implementation of research and development as well as to socialize the codification of sign vocabularies for the interest of Indonesian deaf people by formalizing the BISINDO dictionary. 
B. Long Term
  1. To generate and enable the improvement of human resource potential of Indonesian deaf people through the accessibility of information and communication.
  2. To maintain friendliness, togetherness, kinship, and solidarity as well as the unity of Indonesian deaf people through national sign language perception in a conceptual form, namely BISINDO.
  3. To advocate the creation of conducive accommodative and accessible environment for Indonesian deaf people, in order to fulfill equal opportunity and full participation in the society and national life in a broader meaning.
 
MAIN TASKS OF LEMLITBANG BISINDO
  1. To codify Indonesian vocabularies into sign vocabulary in order to defend the rights and to enhance the prosperity and the life quality of deaf people in Indonesia.
  2. To unify one sign vocabulary from various sign vocabularies that have the same meaning derived from various areas as Indonesian National Sign Language, namely Indonesian Sign Language (BISINDO)
  3. To initiate the implementation of research and development as well as to socialize the codification of sign vocabularies for the interest of Indonesian deaf people by formalizing the BISINDO dictionary.


CORE BUSINESSES OF BISINDO
  1. To empower the improvement of the human resource potentials of deaf people in Indonesia to be able to comprehend the language and to express their thought, utterance and action through sign language, so they could become independent, responsible, knowledgeable, dignified, courteous and noble individuals.
  2. To maintain intimacy, togetherness, kinship, mutual aid, solidarity and the unity among deaf people in Indonesia, to live in diversity under the Unitarian State of the Republic of Indonesia.

PARTNER ORGANIZATIONS

In order to fulfill the goals and the struggle of deaf people in Indonesia, as well as to accomplish the program, Lemlitbang BISINDO established cooperation with 2 (two) other deaf organizations, namely:
  1. Indonesian Association of the Deaf ( IAD ), a medium to gather sign words from varicus deaf members of IAD all over Indonesia.
  2. Association of Indonesian Sign Language Interpreters, which has produced and unify interpreters of both BISINDO and SIBI sign languages in various events in public.




SECRETARIAT and STUDIO ADDRESES

Puri Bintaro Hijau Blok D.13A No.2 RT.010/012 
Kel.Pondok Aren, Kec.Pondok Aren
Tangerang Selatan 15224
Banten - INDONESIA
Telp / Fax: 021-73461334, HP: +62816778244
e-mail: lemlitbang_bisindo@yahoo.co.id
Akte Notaris: No. 1 / 04 Desember 2007 (Durachman,SH.)
NPWP: 21.053.019.2-013.000
No.Rek Bank DKI: 400-11-18644-1 



 

 



7 komentar:

  1. Bagaimana Cara Mendapat Kamus BISINDO??? Kami sama sekali buta tentang BISINDO,, kami cuma ada Kamus CIBI aja,, Maksih DPP PERTIWI

    BalasHapus
  2. Coba sesekali Sosialisasi ke daerah2 supaya kami bisa mengetahui tentang Bisindo shg bisa untuk di ajarkan ke anak

    BalasHapus
  3. Dari yg saya ketahui, bentuk pembelajaran dari BISINDO yg bisa diakses untuk masyarakat (tidak hanya dikhususkan bagi tuna rungu saja) hanya buku "Berkenalan Dengan BISINDO" dan itu hanya bisa dibeli di Jakarta atau dikirim dengan paket. Apa tidak bisa sosialisasinya di perluas, dan jikalau ada buku atau kamus yg membantu penguasaan BISINDO alangkah lebih baik kalau aksesnya diperluas dan dipermudah lokasi pembeliannya ke daerah-daerah.terimakasih

    BalasHapus
  4. Dimanakah toko buku yang menjual BISINDO?

    BalasHapus
  5. Mohon d bekukakan untuk bahasa isayarat bisindo agar yg ingin mengetahui tentang bahasa isyarta/yg baru belajar tidak bingung untk mempelajarinya antara bisindo/sibi dan mohon infonya untuk bisa mendapatkan kamus bisindo trimakasih

    BalasHapus
  6. Mohon d bekukakan untuk bahasa isayarat bisindo agar yg ingin mengetahui tentang bahasa isyarta/yg baru belajar tidak bingung untk mempelajarinya antara bisindo/sibi dan mohon infonya untuk bisa mendapatkan kamus bisindo trimakasih

    BalasHapus
  7. Kalau memang Bisindo lebih mudah dipahami pihak tunarungu, alangkah baiknya segera dibukukan. Selama ini dari kecil anak tunarungu diajari sibi.

    BalasHapus