Minggu, 07 November 2010

Program of PPBII / Association of Indonesian Sign Language Interpreters ( AISLI )




In Indonesian Language :



PERHIMPUNAN PENTERJEMAH BAHASA ISYARAT INDONESIA
( PPBII )


V I S I
Turut mencerdaskan Tunarungu Indonesia dan memberi layanan informasi dan pengetahuan yang seluas-luasnya kepada para penyandang tunarungu Indonesia, sehingga menjadi insan yang berwawasan, berakhlak mulia dan berbudi luhur.
M I S I
  1. Memberi informasi dari berbagai media baik media cetak maupun media elektronik sebagai insan pembangun yang berdayaguna dan berhasilguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa.
  2. Memperjuangkan hak-hak, kesamaan dan kesempatan yang sama di bidang layangan informasi dan komunikasi tanpa kecuali.
  3. Memperjuangkan aksesibilitas di bidang informasi dan komunikasi.

MAKSUD & TUJUAN

A. Maksud
Sebagai wadah untuk memberi bimbingan, pelatihan, pencetakan dan penciptaan jasa penterjemah (interpreter) bahasa isyarat bagi para penyandang Tunarungu Indonesia.

B. Tujuan
Memberi layangan dan pengabdian sebagai jasa penterjemah bahasa isyarat untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan, sehingga insan Tunarungu Indonesia dapat menjadi manusia yang berwawasan, cerdas, bertanggung jawab, berbudi luhur dan berakhlak mulia.


PROGRAM KERJA

A. Jangka Pendek
  1. Melakukan konsolidasi Perhimpunan Penterjemah Bahasa Isyarat Indonesia di tingkat propinsi dan kabupaten atau kotamadya untuk berpartisipasi memberi layangan informasi dan pengetahuan bagi tunarungu setempat dengan layangan penterjemahan peragam isyarat.
  2. Memberi pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan program kerja Perhimpunan Penterjemah Bahasa isyarat Indonesia dari tingkat pusat hingga propinsi dan kabupaten atau kotamadya.
  3. Mempersatukan presepsi dalam pelaksanaan program kerja sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
  4. Memberi kesempatan yang seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak, kesamaan dan kesempatan yang sama dalam memberi layanan informasi dan komunikasi melalui penterjemahan bahasa isyarat.
B. Jangka Panjang
  1. Menggalang dan mengupayakan peningkatan potensi sumber daya manusia Tunarungu Indonesia melalui pemenuhan hak-hak, kesamaan dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupannya.
  2. Membina keakraban, kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan serta persatuan dan kesatuan sesama penterjemah bahasa isyarat Indonesia dalam pengabdian bagi masyarakat tunarungu Indonesia.
  3. Memperjuangkan penciptaan lingkungan yang kondudif, akomodatif yang aksesibel bagi tunarungu Indonesia agar terwujud kesamaan kesempatan dan partisipasi penuh dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam arti yang seluas-luasnya.

TUGAS POKOK PPBII
  1.  Menghimpuan insan perungu untuk menjadi jasa penterjemah bahasa isyarat Indonesia bagi para penyandang Tunarungu Indonesia.
  2. Memberi bimbingan, pelatihan, kursus dan pembinaan dalam penguasaan materi dan tehnik peragaan isyarat baik SIBI maupun BISINDO agar dapat menjadi peraga isyarat yang profesional.
  3. Menciptakan dan mencetak para jasa penterjemah bahasa isyarat yang profesional.
  4. Memberi kesempatan yang seluas-luasnya dan menyebarluaskan para jasa penterjemah bahasa isyarat untuk mengabdi dan bekerja di seluruh wilayah Republik Indonesia.

USAHA PPBII
  1.  Mengupayakan peningkatan potensi sumber daya manusia jasa penterjemah bahasa isyarat Indonesia secara profesional.
  2. Mengakomodasikan kebutuhan insan Tunarungu Indonesia melalui layanan informasi dan pengetahuan dari para jasa penterjemah bahasa isyarat Indonesia.

MITRA KERJASAMA PPBII
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan perjuangan Tunarungu Indonesia serta menuntaskan program kerja, PERTRI melakukan kerjasama dengan 2 (dua) organisasi Tunarungu lainnya, yaitu:
  1. Persatuan Tunarungu Indonesia ( PERTRI ), sebagai wadah yang memiliki massa Tunarungu Indonesia sebagai tempat untuk memberi layangan dan pengabdian dalam memberi informasi dan pengetahuan bagi insan Tunarungu Indonesia.
  2. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Bahasa Isyarat Indonesia, yang merupakan satu-satunya institusi yang dipercaya dalam proses penelitian dan pengembangan bahasa isyarat untuk membakukan kamus BISINDO dan diakui sebagai satu-satunya kamus yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam bahasa pergaulan dan komunikasi komunitas Tunarungu di Indonesia.



In English Language :



 Association of Indonesian Sign Language Interpreters
( AISLI )



V I S I O N
To advance the intellectual life of deaf people in Indonesia and to provide broad services on information and knowledge for deaf people in Indonesia, in order for them to become insightful, noble and courteous individuals.


M I S S I O N
  1. To provide information from various media, both printed and electronic, as skillful and productive individuals for the society and the county.
  2. To defend the rights and equal opportunity in the field of information and communication without exception
  3. To advocate the accessibility of Information and communication.

OBJECTIVES & GOALS
A. Objectives
As a medium to provide assitances and training on interpreting service as well as to produce sign language interpreters for deaf people in Indonesia.


B. Goals
To provide services and dedication as sign language interpreters to deliver information and knowledge, to empower deaf people in Indonesia to become insightful smart, responsible, courteous and noble individuals.


PROGRAMS

A. Short term
  1. To consolidate the Indonesian Association of Sign Language Interpreters at provincial and regency or municipal levels to participate in providing information and communication to local deaf people through sign language interpretation services.
  2. To provide guidance and supervision in the program implementation of the Association of Indonesian Sign Language Interpreters from national to provincial, regency or municipal levels.
  3. To unify the perceptions in the program implementation as an undivided unity.
  4. To provide broad opportunities for the fulfillment of rights and equal opportunity in providing information and communication services through sign language interpretation.
B. Long term 
  1.  To generate and enable the enhancement of human resource potential of deaf people in Indonesian through the fulfillment of rights and equal opportunity in all aspects of live.
  2. To maintain familiarity, togetherness, kinship and solidarity as well as the unity of Indonesian sign language interpreters in dedication for Indonesian deaf community.
  3. To advocate the fulfillment of conducive, accommodative and accessible environment for deaf people in Indonesia for equal opportunity and full participation in the society and national life in a broad meaning.

MAIN TASKS OF AISLI
  1. To gather people to become sign language interpreters for deaf people in Indonesia.
  2. To provide assistance, training, courses and guidance to comprehend materials on sign language techniques both in SIBI and BISINDO, in order to become professional sign language interpreters.
  3. To create and to produce professional sign language interpreters.
  4. To provide broad opportunities and the distribute sign language interpreters to dedicate themselves and to work throughout Indonesia.

CORE BUSINESS OF AISLI
  1. To empower the improvement of human resource potential of deaf people in Indonesia in a professional manner.
  2. To accommodate the needs of deaf people in Indonesia through information and knowledge services, as well as providing Indonesian sign language interpretation service.

PARTNER ORGANIZATIONS OF AISLI
In order to fulfill the goals and the struggle of deaf people in Indonesia, as well as to accomplish the program, AISLI established cooperation with 2 (two) other deaf organization, namely:
  1. Indonesian Association of the Deaf ( IAD ), a medium, that has Indonesian deaf as members, to provide services and dedication in providing information and knowledge for deaf people in Indonesia.
  2. Institute for Indonesian Sign Language Research and Development ( BISINDO ), which has become the only reliable institution in terms of sign language research and development on the standardization of the Indonesian Sign Language Dictionary (BISINDO), which has been acknowledged as the only guideline dictionary to daily communication language of deaf people in Indonesia.


SECRETARIAT ADDRESS
Puri Bintaro Hijau Blok D.13A No.2 RT.010/012
Kel. Pondok Aren, Kec. Pondok Aren
Tangerang Selatan 15224
Banten - INDONESIA
Telp / Fax: 021-73461334, HP: +62816778244
e-mail: interpreter_bisindo@yahoo.co.id
Akte Notaris: No.16 / 04 Desember 2009 (Nirmawati Marcia, SH) 
  


 

Program of Lemlitbang BISINDO / Institute for Indonesian Sign Language Research and Develompment



In Indonesian Language :


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
BAHASA ISYARAT INDONESIA
( Lemlitbang BISINDO )


V I S I 

Terwujudnya Kesejahteran, taraf hidup dan sumber daya manusia tunarungu di segala bidang kehidupan dan penghidupannya.

M I S I 
  1. Memperjuangkan aksesibilitas di bidang komunikasi.
  2. Memperjuangkan aksesibilitas di bidang informasi.
  3. Mempersempit jurang kesenjangan sosial antara tunarungu dengan masyarakat umum.
  4. Menjatidirikan insan tunarungu sebagai manusia berbahasa.
  5. Menambah wawasan dan pengetahuan seluas-luasnya dalam segala aspek kehidupan dan penghidupannya.

LATAR BELAKANG

Negara Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 18.110 buah pulau dan berada pada urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Hal tersebut ternyata membawa implikasi beragamnya budaya, suku, adat istiadat dan bahasa daerah yang dimiliki para penyandang tunarungu yang mendiami ribuan pulau tersebut. Akibatnya para penyandang tunarungu dari satu pulau ke pulau yang lain tidak bisa saling berkomunikasi dengan bahasa isyaratnya karena satu sama lain berbeda. Beragamnya bahasa isyarat dari beberapa daerah di Indonesia merupakan salah satu aset bangsa Indonesia yang perlu diteliti dan dibakukan untuk dijadikan sebagai Kamus Isyarat Nasional Indonesia dengan nama Kamus Bahasa Isyarat Indonesia ( Kamus BISINDO ), yang hingga kini tengah dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Bahasa Isyarat Indonesia ( Lemlitbang BISINDO ).



BAHASA ISYARAT INDONESIA
( BISINDO )

Apa itu BISINDO ? BISINDO adalah singkatan dari kata Bahasa Isyarat Indonesia. Kata BISINDO pertama kali diciptakan dan dicetuskan oleh DIMYATI HAKIM, tunarungu, berkaitan dengan maraknya pertikaian dan polemik penggunaan bahasa isyarat di Indonesia. Dimyati Hakim yang pertama kali meneliti dan membedakan bentuk bahasa isyarat di Indonesia, yaitu berbentuk struktural dan konseptual dengan memaparkan fungsi, maksud, tujuan dan lingkup penggunaannya.
Berbahasa isyarat dalam bahasa Indonesia telah banyak menimbulkan persoalan, karena memiliki struktur bahasa yang kalimatnya menggunakan awalan, sisipan dan akhiran. Disamping ini bahasa Indonesia juga memiliki banyak kosa kata mengandung satu makna yang sama (anonim), sehingga menuntut keanekaragaman kosa isyarat (kois) untuk makna sebuah kosa kata tersebut, seperti meninggal dunia, mati, wafat, tewas, gugur dan mangkat. Sedangkan jumlah kois yang diterjemahkan mulai ujung rambut hingga ujung kaki memiliki ruang yang sangat terbatas. Bila beberapa kosa kata mengandung satu makna yang sama diterjemahkan dengan kosa isyarat pada satu obyek di depan dada pengisyarat, akan terkesan tumpang tindih yang mengaburkan daya tangkap mata lawan bicaranya dalam tempo sewajarnya.
Itulah salah satu kendala utama dalam berbahasa isyarat yang baku, seperti yang digunakan dalam kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ( SIBI ) produk Kementerian Pendidikan Nasional. Bila bahasa isyarat SIBI itu digunakan dalam bahasa pergualan tunarungu di masyarakat, penggunaannya relatif sulit diterima, karena mengandung banyak kelemahan dan problem. Penggunaan bahasa isyarat dalam pergualan komunitas tunarungu di masyarakat, isyaratnya haruslah memenuhi 3 unsur utama, yaitu kecepatan, keringkasan dan kepahaman. Ternyata berbahasa isyarat SIBI tidak dapat memenuhi ketiga unsur tersebut.
Melihat kenyataan tersebut di atas, sebagai sebab dan akibatnya maka timbullah dua pandangan yang berbeda dalam penggunaan bahasa isyarat di Indonesia, yaitu bahasa Isyarat Struktural yang berkaitan dengan struktur bahasa Indonesia seperti yang digunakan dalam kamus SIBI, dan bahasa Isyarat Konseptual yang berkaitan dengan budaya dan karakter komunikasi tunarungu Indonesia yang hingga saat ini masih diteliti oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangna Bahasa Isyarat Indonesia ( Lemlitbang BISINDO ), yang didirikan oleh DIMYATI HAKIM bersama dengan teman-teman tunarungu Indonesia.



PROGRAM KERJA
A. Jangka Pendek 
  1. Melakukan kodifikasi kosa kata bahasa Indonesia menjadi kosa isyarat dalam rangka perjuangan hak dan peningkatan kualitas kesejakteraan dan taraf hidup Tunarungu Indonesia.
  2. Menyatukan satu kosa isyarat dari beberapa ragam kosa isyarat yang berbeda-beda tetapi memiliki makna yang sama yang berasal dari berbagai daerah untuk dijadikan sebagai Bahasa Isyarat Nasional Indonesia, dalam hal ini Bahasa Isyarat Indonesia yang disingkat BISINDO.
  3. Memprakarsai pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta sosialisasi kodifikasi kosa isyarat bagi kepentingan tunarungu Indonesia melalui pembakuan Kamus BISINDO.
B. Jangka Panjang
  1. Menggalang dan mengupayakan peningkatan potensi sumber daya manusia tunarungu Indonesia melalui aksesibilitas di bidang informasi dan komunikasi.
  2. Membina keakraban, kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan serta persatuan dan kesatuan sesama tunarungu Indonesia melalui persepsi bahasa Isyarat Nasional yang berbentuk konseptual, yaitu BISINDO.
  3. Memperjuangkan penciptaan lingkungan yang kondusif, akomodatif yang aksesibel bagi tunarungu Indonesia, agar terwujud kesamaan kesempatan dan partisipasi penuh dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam arti seluas-luasnya.


TUGAS POKOK LEMLITANG BISINDO
  1. Melakuan kodifikasi kosa kata bahasa Indonesia menjadi kosa isyarat dalam rangka perjuangan hak dan peningkatan kualitas kesejahteraan dan taraf hidup Tunarungu Indonesia.
  2. Menyatukan kosa isyarat dari beberapa ragam isyarat yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama dari berbagai daerah untuk dijadikan sebagai Kamus Bahasa Isyarat Nasional Indonesia.
  3. Memprakarsai pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta sosialisasi kodifikasi kosa isyarat bagi kepentingan Tunarungu Indonesia melalui pembakuan kamus BISINDO.


USAHA LEMLITBANG BISINDO
  1. Mengupayakan peningkatan potensi sumber daya manusia Tunarungu Indonesia agar menjadi insan Tunarungu Indonesia yang berbahasa dan dapat mengekspresikan pikiran, ucapan dan tindakannya melalui bahasa isyaratnya, sehingga dapat menjadi insan Tunarungu yang mandiri, bertanggungjawab, berwawasan, bermartabat, berbudi luhur dan berakhlak mulia.
  2. Membina keakraban, kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan dan kesetiakawanan serta persatuan dan kesatuan sesama Tunarungu Indonesia dalam keragaman lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )


MITRA KERJASAMA

Dalam rangka mewujudkan dan memperjuangkan cita-cita Tunarungu Indonesia serta menuntaskan program kerja, Lemlitbang BISINDO melakukan Kerjasama dengan 2 (dua) organisasi Tunarungu lainnya, yaitu : 
  1. Persatuan Tunarungu Indonesia ( PERTRI ), yang merupakan wadah untuk mengumpulkan kosa isyarat dari para anggota tunarungu binaan PERTRI seluruh daerah di Indonesia.
  2. Perhimpunan Penterjemah Bahasa Isyarat Indonesia, yang mencetak dan menghimpun para jasa penterjemah ( Interpreter ), sebagai penterjemah bahasa isyarat baik BISINDO maupun SIBI dalam berbagai event di masyarakat.


In English Language :




INSTITUTE FOR INDONESIA SIGN
LANGUAGE RESEARCH AND DEVELOPMENT


V I S I O N

The fulfillment of prosperity and adequate standard of living and human resources of deaf people in all aspects of live.

M I S S I O N

1. To advocate for the accessibility of communication.
2. To advocate for the accessibility of information.
3. To diminish social gaps between deaf people and general public.
4. To equip deaf people with languages.
5. To broaden their insights and knowledge in all of their life and living aspects.


BACKGROUND

Indonesia is the biggest archipelago country in the world, it consists of 18.110 islands and is the fourth of most populated countries in the world, after China, India and the U.S.A. As a result of that, Indonesia has diverse cultures, ethnicities, customs and local languages (there are 300 local languages). The diversity has contributed to the creation of diverse sign languages used by deaf people spread in those thousands of islands.
As a result of that, deaf people from one island to the other island cannot communicate by using their own sign languages, since the languages are completely different. The diversity of sign languages in various regions in Indonesia is an asset for Indonesia that needs to be studied and standardized into the National Sign Language Dictionary of Indonesia (Kamus BISINDO), which is now being done by the Institute For Indonesian Sign Language Research And Development (Lemlitbang BISINDO).


INDONESIAN SIGN LANGUAGE
(BISINDO)

What is BISINDO? BISINDO stands for Indonesian sign language. The word BISINDO was introduced for the first time by Mr.DIMYATI HAKIM, a deaf, during the massive disagreement and polemic on the use of sign language in Indonesia. Mr.Dimyati Hakim was the first person that conducted a research and distinguished the forms of Indonesian Language, namely the structural and conceptual formats by describing the function, meaning, objectives and the scope of the use.
Using sign language for Indonesian language has caused problems, since it has different structure that requires infix and suffix. In addition to that, Indonesian language also has so many words that have similar meaning (anonym), therefore it requires variety of sign words to define the words, for instance, the word mati, wafat, tewas, gugur dan mangkat. While the number of sign words to interpret has a very limited space. If there are some words that have one meaning interpreted into a sign word on an object on the signer's chest, it will be overlapping and obscured the counterpart's ability to capture the meaning in a normal time.
This is one of the main obstacles in using a formal sign language, as it is used in the Sign System of Indonesian Language (SIBI), a product of the Ministry of Education. If the SIBI sign language is used as a daily communication language by the deaf in the society, it would be relatively hard to accept, since it consists of many weaknesses and problems. The use of sign language among deaf communities in the society requires 3 main elements, namely fast, brief and understandable. And the SIBI sign language cannot fulfill the three requirements. 
As a result of the above condition, there were different views emerged on the use of sign language in Indonesia, namely the structural sign language, that is related to the structure used in Indonesian language under SIBI, and the conceptual sign language, that is related to the culture and communication characters of deaf people in the Indonesian, that is still under research by the Institute for Indonesian Sign Language Research and Development (Lemlitbang BISINDO), established by Mr.Dimyati Hakim, together with his other Indonesian deaf colleagues.



PROGRAMS

A. Short Term
  1. To codify Indonesian vocabularies into sign vocabulary in order to defend the rights and to enhance the prosperity and the life quality of deaf people in Indonesia.
  2. To unity one sign vocabulary from various sign vocabularies that have the same meaning derived from various areas as Indonesian National Sign Language, namely Indonesian Sign Language (BISINDO)
  3. To initiate the implementation of research and development as well as to socialize the codification of sign vocabularies for the interest of Indonesian deaf people by formalizing the BISINDO dictionary. 
B. Long Term
  1. To generate and enable the improvement of human resource potential of Indonesian deaf people through the accessibility of information and communication.
  2. To maintain friendliness, togetherness, kinship, and solidarity as well as the unity of Indonesian deaf people through national sign language perception in a conceptual form, namely BISINDO.
  3. To advocate the creation of conducive accommodative and accessible environment for Indonesian deaf people, in order to fulfill equal opportunity and full participation in the society and national life in a broader meaning.
 
MAIN TASKS OF LEMLITBANG BISINDO
  1. To codify Indonesian vocabularies into sign vocabulary in order to defend the rights and to enhance the prosperity and the life quality of deaf people in Indonesia.
  2. To unify one sign vocabulary from various sign vocabularies that have the same meaning derived from various areas as Indonesian National Sign Language, namely Indonesian Sign Language (BISINDO)
  3. To initiate the implementation of research and development as well as to socialize the codification of sign vocabularies for the interest of Indonesian deaf people by formalizing the BISINDO dictionary.


CORE BUSINESSES OF BISINDO
  1. To empower the improvement of the human resource potentials of deaf people in Indonesia to be able to comprehend the language and to express their thought, utterance and action through sign language, so they could become independent, responsible, knowledgeable, dignified, courteous and noble individuals.
  2. To maintain intimacy, togetherness, kinship, mutual aid, solidarity and the unity among deaf people in Indonesia, to live in diversity under the Unitarian State of the Republic of Indonesia.

PARTNER ORGANIZATIONS

In order to fulfill the goals and the struggle of deaf people in Indonesia, as well as to accomplish the program, Lemlitbang BISINDO established cooperation with 2 (two) other deaf organizations, namely:
  1. Indonesian Association of the Deaf ( IAD ), a medium to gather sign words from varicus deaf members of IAD all over Indonesia.
  2. Association of Indonesian Sign Language Interpreters, which has produced and unify interpreters of both BISINDO and SIBI sign languages in various events in public.




SECRETARIAT and STUDIO ADDRESES

Puri Bintaro Hijau Blok D.13A No.2 RT.010/012 
Kel.Pondok Aren, Kec.Pondok Aren
Tangerang Selatan 15224
Banten - INDONESIA
Telp / Fax: 021-73461334, HP: +62816778244
e-mail: lemlitbang_bisindo@yahoo.co.id
Akte Notaris: No. 1 / 04 Desember 2007 (Durachman,SH.)
NPWP: 21.053.019.2-013.000
No.Rek Bank DKI: 400-11-18644-1 



 

 



Jumat, 29 Oktober 2010

Program of IAD Center and DPP PERTRI


In Indonesian Language :
 

PERSATUAN TUNARUNGU INDONESIA
( PERTRI )


LATAR BELAKANG

Tunarungu Indonesia dalam dua dekade terakhir telah mengalami kemerososan di segala bidang kehidupan dan penghidupan, karena belum ditemukan formula yang tepat untuk menangani secara optimal berbagai permasalahan sosial yang sudah mencapai taraf memprihatinkan. Meningkatnya angka pengangguran, kriminalitas, pelecehan, pelanggaran HAM, dan lain-lain, adalah merupakan gambaran buram peta tunarungu di Indonesia sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia yang sarat dengan Konflik akibat beragamnya suku, adat-istiadat, budaya dan bahasa daerah yang berbeda-beda, merupakan faktor lain yang ikut memperbesar kesenjangan sosial tunarungu Indonesia. Yang paling menyedihkan bahwa Tunarungu Indonesia telah tertinggal dengan tunarungu kawasan Asia dan Pasifik terutama kawasan ASEAN. Maka dalam kesempatan di sela-sela pertemuan para pengurus tunarungu kawasan Asia dan Pasifik dan ASEAN yang telah diikuti delegasi tunarungu Indonesia sebanyak 4 (empat) kali, telah didiskusikan berbagai permasalahan yang tengah dihadapi tunarungu Indonesia. Delegasi Indonesia telah banyak belajar dari pengalaman dan keberhasilannya. Banyak masukan dan solusi dari teman-teman sejawat dalam kawasan Asia dan Pasifik. Masalah banyaknya jumlah tunarungu Indonesia serta faktor geografis negara Indonesia merupakan hal yang menjadi sorotan utama dalam pengambilan keputusan dan pertimbangan mereka dalam diskusi tersebut, maka mereka memberi solusi yang brilian, yaitu perlunya pemisahan manajemen, yaitu penanganan permasalahan sosial tunarungu Indonesia dan pembakuan kamus bahasa isyarat Indonesia. Setelah melalui proses pertimbangan yang rumit, akhirnya solusi mereka dapat diterima pihak Indonesia. Namun sayang gagasan yang hendak diterapkan di Indonesia ternyata tidak ditanggapi positif oleh pengurus organisasi tunarungu yang sarat dengan konfik kepentingan pribadi. Organisasi tunarungu Indonesia tersebut telah keluar dari format perjuangan yang sebenarnya karena sudah tidak sesuai dengan visi dan misi yang mengacu pada makna "kesejahteraan" yang melekat pada nama organisasi yang bersangkutan. Penyatuan antara program kerja penanganan permasalahan sosial dengan pembakuan kamus bahasa isyarat, telah melahirkan kerancuan sehingga arah perjuangan menjadi tidak jelas. Ambisi dan ego telah menyatukan membuat hati dan pikiran menjadi buta dan tidak peka terhadap permasalahan sosial tunarungu di Indonesia, maka akibatnya banyak sekali permasalahan sosial tunarungu seluruh daerah di Indonesia tidak tertangani dengan baik. Inilah fakta dan kenyataan yang terjadi.
Maka atas dasar pertimbangan tanggung jawab moral dan didorong oleh panggilan hati nurani serta atas nama amanat penderitaan tunarungu Indonesia, maka didirikanlah organisasi Persatuan Tunarungu Indonesia dengan penjelasan visi, misi, maksud dan tujuan, program kerja, usaha, dan lain-lain.

V I S I 

Mempersatukan dan memperjuangkan komunitas tunarungu Indonesia dalam pemenuhan hak-hak, kesamaan dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan serta dapat berpartisipasi penuh dalam pembangunan nasional.

M I S I 
  1. Melakukan koordinasi dan konsultasi tentang permasalahan sosial tunarungu Indonesia
  2. Memperjuangkan aksesibilitas di bidang informasi dan komunikasi.
  3. Memperjuangkan, melindungi harkat dan martabat tunarungu Indonesia sebagai insan pembangun yang berdayaguna dan berhasilguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa.
  4. Memberi perhatian dan pelayanan yang seadil-adilnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup tunarungu Indonesia.

MAKSUD & TUJUAN

A. Maksud
Sebagai wadah untuk menyatukan persepsi dan wahana perjuangan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup serta sumber daya manusia Tunarungu Indonesia sebagai insan pembangu yang berdayaguna dan berhasilguna bagai masyarakat, nusa dan bangsa.

B. Tujuan
Memperjuangkan komunitas Tunarungu Indonesia dalam pemenuhan hak-hak, kesamaan dan kesempatan yang salam dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan serta berpartisipasi penuh dalam pembangunan nasional.


PROGRAM KERJA

A. Jangka Pendek
  1. Melakukan pendataan Tunarungu Indonesia di seluruh wilayah Indonesia.
  2. Menginventarisasi permasalahan sosial Tunarungu Indonesia di seluruh wilayah Indonesia.
  3. Memberi pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh bekal guna mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
  4. Mengupayakan penempatan kerja sesuai dengan jenjang pendidikan dan jenis keterampilan yang dimilikinya.
  5. Memperjuangkan aksesibilitas di bidang informasi dan komunikasi.
  6. Melakukan konsolidasi organisasi PERTRI di tingkat propinsi dan kabupaten atau kotamadya dalam rangka pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan program kerja.
  7. Mempersatukan persepsi dalam pelaksanaan program kerja sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

B. Jangka Panjang
  1. Mempersatukan dan memberdayaan potensi Tunarungu Indonesia demi terwujudnya kesejahertaan dan taraf hidup yang layak bagi kemanusiaan di segala bidang kehidupan dan penghidupannya.
  2. Memperjuangkan harkat dan martabat Tunarungu Indonesia sebagai insan pembangun yang berdayaguna dan berhasilguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa.
  3. Memperjuangkan hak-hak, kesamaan dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupannya serta berpartisipasi penuh dalam pembangunan nasional.
  4. Menggalang dan mengupayakan potensi sumber daya manusia Tunarungu Indonesia melalui pemenuhan hak-hak, kesamaan dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupannya.

TUGAS POKOK PERTRI
  1. Melakukan konsolidasi organisasi tunarungu di tingkat propinsi dan kabupaten atau kotamadya dalam rangka pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan program kerja.
  2. Mempersatukan persepsi dalam pelaksanaan program kerja sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
  3. Memberi kesempatan yang seluas-luasnya dalam pemenuhan hak-hak, kesamaan dan kesempatan yang salam dalam segala aspek kehidupan dan penghidupannya.

USAHA PERTRI
  1. Mengupayakan peningkatan potensi sumber daya manusia Tunarungu Indonesia agar menjadi insan Tunarungu Indonesia yang mandiri, bertanggungjawab, berwawasan, bermartabat, berbudi luhur dan berakhlak mulia.
  2. Membina keakraban, kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan dan kesetiakawanan serta persatuan dan kesatuan sesama Tunarungu Indonesia dalam keragaman dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

MITRA KERJASAMA

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan perjuangan Tunarungu Indonesia serta menuntaskan program kerja, PERTRI melakukan kerjasama dengan 2 (dua) organisasi Tunarungu lainnya, yaitu:
  1. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Bahasa Isyarat Indonesia, yang merupakan satu-satunya institusi yang dipercaya dalam proses penelitian dan pengembangan bahasa isyarat untuk membakukan kamus BISINDO dan diakui sebagai satu-satunya kamus yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam bahasa pergaulan dan komunikasi Tunarungu di Indonesia.
  2. Perhimpunan Penterjemah Bahasa Isyarat Indonesia, yang mencetak dan menghimpun para jasa penterjemah (interpreter), sebagai penterjemah bahasa isyarat baik BISINDO maupun SIBI dalam berbagai event di masyarakat.




In English Language :


INDONSIAN ASSOCIATION OF THE DEAF
( IAD )

BACKGROUND

Deaf people's life and living conditions in Indonesia have been diminished in the past two decades due to the absence of the right formulation to address social issues, which have reached a concerning level, in an optimal manner. The increase number of unemployment, crime, harassment, human rights abuses, etc, has become a dark picture of deaf people in Indonesia. In addition to that, the geographical factor of Indonesia as the biggest archipelago country in the world with a great number of conflicts due to its variety of different ethnicities, customs, cultures and local languages, have also become a factor that broaden social gaps for deaf people in Indonesia. The saddest fact is that, deaf people in Indonesia are left behind other deaf people in other ASEAN countries, particularly in ASEAN. Therefore, during the meetings of deaf organization of Asia, Pacific and ASEAN countries, which have been participated by Indonesian deaf delegation four times, there have been some discussions on the situation of deaf people in Indonesia. Indonesia delegation have learned a lot from its experiences and achievements.
There were many inputs and solutions given by colleagues from Asia and Pacific regions. Issues on the high number of deaf in Indonesia and the geographical factor of Indonesia are two main subjects in their decisions and considerations in the discussion; therefore they gave brilliant solutions on the need of a separate management, addressing the social problems of deaf people in Indonesia and the standardization of the Indonesian sign language dictionary. 
After a complicates decision-making process, the solutions were finally accepted by Indonesian delegation. However, unfortunately, the ideas that should have been implemented in Indonesia, were not positively responded by caretakers of the deaf organization, who were occupied with their self-interest conflicts. The organization has crossed the line of the genuine aims of the struggle, since it no longer complied with the vision and mission that referred to the definition of "prosperity" under its name. Merging two different programs of addressing social problems and the standardization of the sign language dictionary had created confusion and obscured the objectives of the struggle. Ambition and ego have blinded their heart and mind and made them become insensitive to the social problems of deaf people in Indonesia, as a result of this, so many social problems of deaf people in Indonesia were not sufficiently addressed. These are the facts and reality that happened.
Therefore, in light of the above moral responsibility considerations and the force of conscience, we then established the Indonesian Association of the Deaf, with the following vision, mission, objectives and goals, programs, core business, etc.

V I S I O N 

To unify and defend Indonesian deaf community in the fulfillment of the right to equality and to access the same opportunity in all aspects of live and living, as well as to fully participate in the national development.


M I S S I O N 
  1. To coordinate and to consult on social problems encountered by deaf people in Indonesia.
  2. To defend the accessibility of information and communication.
  3. To defend and protect the honor and dignity of deaf people in Indonesia as individuals who are skillful and productive for the society and the country.
  4. To provide attention and services in a just manner in the effort to improve the prosperity and the living condition of deaf people in Indonesia.

OBJECTIVES AND GOALS

A. Objectives
As a medium to unify perceptions and a medium in the struggle to improve prosperity and livening condition as well as human resources empowerment of the deaf in Indonesia as individuals who are skillful and productive for the society and the country.

B. Goals
To defend the deaf communities in Indonesia towards the fulfillment of right, equality and equal opportunity in every aspect of live and to be able to fully participate in the national development.


 PROGRAMS

A. Short term
  1. To establish database on deaf people throughout Indonesia.
  2. To inventory all social problems encountered by deaf people in Indonesia.
  3. To provide education and training in order to obtain adequate works and living.
  4. To advocate appropriate work that is inline with his/her education background and field of expertise.
  5. To advocate the accessibility of information and communication.
  6. To consolidate IAD organizations at the provincial and regency or municipal levels for guidance and supervision towards the program implementation.
  7. To unify the perception in implementing the program as an undivided union.

B. Long term
  1. To unify and empower the potentials of Indonesian deaf people towards the fulfillment of prosperity and adequate standard of living in every aspect of live.
  2. To defend the honor and dignity of deaf people in Indonesia as individuals who are skillful and productive for the society and the country.
  3. To fight for equal right and opportunity in all aspects of live and to fully participate in the national development.
  4. To improve the potential human resources of deaf people through the fulfillment of right and equal opportunity in all aspects of live.

MAIN TASKS OF IAD
  1. To consolidate deaf organization at the provincial, regency or municipal levels in order to guide, supervise and monitor the program implementation.
  2. To unify perceptions in the program implementation as an undivided unity.
  3. To provide a broad opportunity in the fulfillment of rights, equality and opportunity in all aspects of life and living.


CORE BUSINESSES OF IAD
  1. To empower the improvement of the human resource potentials of deaf people in Indonesia to become independent, responsible, knowledgeable, dignified, courteous and noble individuals.
  2. To maintain intimacy, togetherness, kinship, mutual aid, solidarity and the unity among deaf people in Indonesia, to live in diversity under the Unitarian State of the Republic of Indonesia.

PARTNER ORGANIZATIONS

In order to fulfill the goals and the struggle of deaf people in Indonesia, as well as to accomplish the program, IAD established cooperation with 2 (two) other deaf organization, namely:
  1. Institute for Indonesian Sign Language Research and Development, which has become the only reliable institution in terms of sign language research and development on the standardization of the Indonesian Sign Language Dictionary (BISINDO), which has been acknowledged as the only guideline dictionary to daily communication language of deaf people in Indonesia.
  2. Association of Indonesian Sign Language Interpreters, which has produced and unity interpreters of both BISINDO and SIBI sign language in various events in public.



SECRETARIAT ADDRESS
 Puri Bintaro Hijau Blok D.13A No.2 RT.010/012 Kel.Pondok Aren Tangerang Selatan 15224
Banten - INDONESIA
Telp/Fax: +62-21-73461334, HP: +62816778244 (via SMS only)
e-mail: pertri_iad@yahoo.co.id
Akte Notaris: No.16 / 04 Desember 2009 (Nirmawati Marcia, SH)
NPWP: 03.015.192.2.009.000